PSHT merupakan
organisasi / perguruan pencaksilat yang berdiri di Madiun, tepatnya di desa Pilangbango Kota Madiun pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, murid dari Ki Ngabei Soerodiwirjo. pada awalnya, PSHT memiliki nama Setia Hati Pencak Sport Club, yang pada saat itu sempat dibekukan kegiatan perguruan oleh belanda karena mengandung kata "pencak", dan Ki Ngabei Soerodiwirjo ditahan oleh belanda di penjara Madiun,Cipinang, sampai ke Penjara Padang Sumatera. guna menghidupkan kegiatan perguruan dan menghindari sergapan belanda, maka kata "Pencak" dihilangkan dan diganti dengan kata "Pemuda" sehingga berubah menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club. tepat setelah RI diduduki oleh Jepang, nama SH PSC dirubah menjadi SH Terate oleh Ki Hadjar berdasarkan hasil pandangan beliau beseta murid-muridnya dan bertahan sampai dengan saat ini.
pada masa awal, PSHT merupakan perguruan pencak silat tanpa berbentuk organisasi, tapi pada sekitar tahun 1948-an, berdasarkan rapat para petinggi dan sesepuh,telah diputuskan berubah bentuk menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate yang memiliki AD/ART dalam menjalankan roda organisasi.
pada perkembangannya, setelah Ki Hadjar wafat, PSHT dibesarkan dengan sangat baik oleh Alm. RM. Imam Koesoepangat, dan sampai akhirnya PSHT dapat berkembang pesat sampai dengan hari ini dengan memiliki kompleks padepokan pusat yang berlokasi di wilayah Nambangan Kidul Madiun dengan Mas Tarmadji B. Harsono selaku Ketua Umum Pusat PSHT sekarang.
seiring dengan berjalannya waktu, PSHT tidak hanya berkutat pada bidang pencaksilat saja, tapi juga melebarkan sayap di bidang-bidang lain yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat luas, a.l : pendidikan (dengan mendirikan SMP & SMIP Kussuma Terate), ekonomi (Koperasi Terate Manunggal) dan dalam tempo yang akan datang segera dibangun sarana kesehatan untuk masyarakat umum di wilayah padepokan PSHT pusat. selain itu, dalam bidang prestasi, PSHT tidak pernah absen dalam menghasilkan atlit2 guna mendulang medali, baik dalam tingkat nasional/internasional.


Rabu, 03 Desember 2008

Ilmu Sedulur Papat

Manusia dilahirkan sebagai mahluk Allah Sejati, tak heran bila di dalam diri manusia tersimpan kekuatan yang amat sangat dashyat.

Manusia dilahirkan sebagai mahluk Allah Sejati, tak heran bila di dalam diri manusia tersimpan kekuatan yang amat sangat dashyat. Manusia sebelum dilahirkan didunia masih berada di rahim ibunya selama 9 bulan 10 hari mengandung Arti yang sangat dalam, bagaikan betapa melengkapi SEMBILAN SUKMA. Setelah dilahirkan keluar dari rahim ibunya, Yang Pertama kali keluar adalah:

Air Ketuban atau bahasa Jawanya "Kakang Kawah" setelah sibayi keluar diikuti oleh LIMA PANCER(HAWA NAFSU) Yang harus kita kendalikan dengan RUH IDHOFIL (Ruh Utama/Roh Suci) setelah bayi itu keluar dipotong pusernya atau disebut TALI ARI-ARI Yang Fungsinya menjaga kita setelah dewasa segala tindak tanduknya selalu diawasi dan di jaga apabila dirinya terancam bahaya/musibah. dan Kita kan menggalami kontak batin dengan saudara kembar bathin kita, yang disebut SAUDARA PAPAT yang tugasnya menjaga & membantu kita.

Pertama kali manusia dilahirkan ke bumi ini,yg sering kita sebut weton atau tiron, harus kita ingat selalu, karena pada waktu itu manusia memasuki dunia fana sebagai mahluk Allah yang sempurna untuk itu pada hari kelahiran kita (weton, tiron) manusia tidak boleh berbuat yang aneh-aneh, karena pada waktu itu kita akan selalu sial/naas. Untuk itu kita diwajibkan untuk berpuasa selama 1 hari,demikianlah sedikit ringkasan dari sedulurmu semoga bisa bermanfaat.


www.shterate.com

Tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate

Dasar dan Tujuan

Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate ikut mendidik manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah serta ikut Memayu Hayuning Bawono juga mengajarkan bela diri pencak silat dimana didalamnya terkandung unsur-unsur olah raga, dan seni bela diri serta merupakan seni budaya bangsa Indonesia yang perlu di kembangkan dan dilestarikan.

Berbudi Luhur

Manusia berbudi luhur adalah manusia yang baik, kehadiranya mampu menciptakan ketentraman, keamanan,kedamaian serta kebahagiaan lahir batin. Yang lemah merasa terlindungi dan yang kuat tidak merasa tersaingi. Manusia bisa di sebut baik bila perbuatan baiknya lebih banyak dari perbuatan buruknya walaupun selisihnya sedikit. Karena tidak ada manusia yang lepas dari dosa kecuali para utusan Tuhan. Mereka memang selalu di jaga dan di jauhkan dari perbuatan-perbuatan tercela agar di jadikan panutan umatnya.


Budi pekerti bisa menentukan nilai martabat manusia. Dan bila di tilik lebih lanjut berbudi luhur dapat di bedakan menajadi empat macam.

Berbudi Luhur kepada Tuhan

Kita harus yakin bahwa Tuhan menaruh embrio manusia kedalam kandungan ibunya, kemudian melahirkan ke alam dunia lalu membesarkan dan memberikan nikmat yang tak terhitung nilainya. Dia pula yang akan mematikan dan membangkitkanya nanti pada hari kiamat. Manusia selalu tergantung kepada Tuhan. Contoh-contoh kecil adalah ketidak mampuan manusia membuat setetes darah apalagi banyak. Ketidakberdayaan manusia menumbuhkan sel-sel daun pada satu pohon apalagi semua pohon. Ketidak tahuan pada bahan bakar matahari apalagi menyediakanya. Ilmu-ilmu jin dan manusia kalo di gabungkan tak akan lebih dari setetes air di samudera luas jika di bandingkan ilmu Tuhan. Maka kalau manusia mau berfikir sejenak pastilah ia merasa terpaksa atau sukarela untuk berterimaksih kepada Tuhan SWT. Ungkapan terimakasih kepada Tuhan bukan sekedar percaya kepadaNya. Bila manusia sekedar percaya tetapi tidak taat maka iblis akan lebih baik. Tentu saja iblis lebih baik, iblis lebih percaya kepada Tuhan dari pada manusia karena iblis pernah berdialog langsung dengan Tuhan tetapi tetap durhaka. Ungkapan terimaksih kepada Tuhan harus dinyatakan dengan perbuatan yaitu dengan memenuhi hak-hak Tuhan supaya Tuhan juga memenuhi hak-hak hambaNya.

Berbudi Luhur kepada Orang Tua dan Guru

Walaupun yang melahirkan manusia itu Tuhan (=ibu hanya mampu mengandung saja karena bila sudah tiba saat melahirkan maka ia tak akan mampu menahanya. Atau walaupun seorang ibu sedah ingin melahirkan tetapi kalau Tuhan belum menghandaki maka ia juga tak akan sanggup mengeluarkan bayinya. Bukti kekuasaan Tuhan ini, yaitu adanya ibu-ibu yang melahirkan saat sedang diperjalanan ke rumah sakit atau pada saat yang tidak di kehendaki ibu itu).Namun demikian jangan lupa bahwa ibu selalu menyambut kelahiran bayinya dengan rasa sakit dan darah, bahkan kadang-kadang bayinya di tebus dengan nyawa satu-satunya. Dan setelah putranya cukup umur maka ia menyerahkan kepada guru. Maka dari itu berterimakasih kepada orang tua dan Guru wajib.

Berbudi Luhur kepada Diri Sendiri

Memenuhi hak-hak jasmani dan rokhani dengan menjaga kesehatan makan makanan yang baik dan halal, menghindari makanan yang haram, miuman keras ganja , atau obat-obatan terlarang lainnya yang merusak saraf otak.

Berbudi Luhur kepada Semua Mahluk

Manusia adalah makluk sosial. Satu sama lain saling membutuhkan. Yang kaya membutuhkan tenaga yang miskin dan yang miskin memerlukan bantuan yang kaya, yang pandai memerlukan yang bodoh dan juga sebalikya.hal ini juga berlaku antar bangsa. Perbuatan baik dan buruk merupakan pantulan dari sifat seseorang. Maka orang yang bijaksana tidak akan merendahkan dirinya sendiri dengan menghina orang lain. Orang bijaksana selalu menjaga martabat dan kehormatanya dengan menyantuni orang lain terutama yang lemah.

Maka kalaupun harus terjadi tindak kekerasan tidak dapat di hindari, haruslah di sadari bahwa pendekar sejati tidak akan berangan-angan untuk menciderai tubuh maupun hati lawan. Kekerasan tadi hanyalah sekedar untuk memberi peringatan saja agar memiliki kesempatan bertaubat. Dan walaupun Tuhan mengijinkan membalas perbuatan yang jahat dengan kejahatan yang seimbang. Namun Tuhan juga menawarkan alternatif lain yang lebih baik yaitu memafkan karena memaafkan itu lebih mendekatkan kepada taqwa. Untuk itulah dalam Persaudaraan Setia Hati Terate mengajarkan kripen atau tehnik kuncian agar dapat mengalahkan lawan tanpa harus melukai apalagi sampai membunuh. Saling membunuh tanpa sebab yang dibenarkan sangatlah berat sangsinya apalagi sesama manusia.

Sedangkan contoh berbudi luhur kepada tumbuh-tumbuhan adalah tidak merusak lingkungan hidup. Bila nenebang pohon di hutan harus di adakan reboisasi atau penanaman kembali.


Catatan: Tujuan Yang Mulia dari Persaudaraan Setia Hati Terate

www.shterate.com

Jumat, 21 November 2008


Gabung di facebook nya Persaudaraan Setia Hati Terate. Klik di link ini
http://www.facebook.com/group.php?gid=34650071908

CAROK


Carok Pada Orang Madura, Mempertahankan Harga Diri dan Kehormatan dengan Kekerasan

Oleh : Ahmad Mustain Saleh

Peringatan khusus bagi kaum laki-laki, jangan pernah mencoba mengganggu isteri orang Madura. Bisa-bisa anda mati dicarok. Peringatan ini bukan main-main, karena carok memang ada dalam masyarakat Madura. Menurut Dr. A. Latief Wiyata, carok adalah cermin kekerasan orang Madura untuk mempertahankan harga dirinya.

Pengertian carok sendiri adalah suatu upaya pembunuhan atau melukai seseorang yang dianggap telah melakukan pelecehan harga diri terutama berkaitan dengan masalah kehormatan isteri sehingga membuat malu, dengan menggunakan senjata tajam (pada umumnya clurit). Ada lima unsur carok yakni tindakan atau upaya pembunuhan antar laki-laki, pelecehan harga diri terutama berkaitan kehormatan perempuan (isteri), perasaan malu, adanya dorongan, dukungan serta persetujuan sosial disertai perasaan puas dan perasaan bangga bagi pemenangnya, seperti yang telah dijelaskan Latief, salah seorang intelektual Madura dalam bukunya “Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura”. Carok merupakan media kultural bagi pelaku yang berhasil mengalahkan musuhnya untuk memperoleh predikat sebagai oreng jago (jagoan) atau jika pelaku tersebut telah berpengalaman membunuh maka predikat sebagai oreng jago menjadi semakin tegas sehingga keberhasilan dalam carok selalu mendatangkan perasaan puas, lega dan bahkan bangga bagi pelakunya. Ada dua jenis carok yakni nyelep dan ngonggai. Nyelep adalah carok yang dilakukan dengan menyerang diam-diam.

Sementara ngonggai adalah carok yang dilakukan dengan menantang langsung lawan secara ksatria. Pihak keluarga juga umumnya tidak memandang pelaku carok sebagai orang jahat melainkan sebagai pahlawan yang sudah berhasil memulihkan harga diri. (Para calon mertua juga biasanya lebih senang mendapatkan menantu yang sudah berpengalaman melakukan carok), namun hal tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil masyarakat saja.

Meskipun semua pelaku carok menyerahkan diri kepada aparat kepolisian hal ini bukan berarti suatu tindakan yang bermakna kejantanan (sebagai pertanggungjawaban atas tindakannya). Namun upaya tersebut hanya bertujuan untuk mendapatkan perlindungan dari aparat kepolisian terhadap serangan balasan keluarga musuhnya. Sebagai perwujudan rasa bangga keluarga pada pelaku carok yang selamat, mereka biasanya melakukan upaya nabang, yaitu upaya mengumpulkan uang dari para anggota keluarga untuk dipakai menyuap aparat penegak hukum agar pelaku mendapatkan hukuman seminimal mungkin. Jadi dalam konteks ini, institusi kepolisian tidak lagi berperan sebagai pengayom masyarakat melainkan justru ikut terlibat atau membantu mendorong terjadinya carok.

Maraknya carok di Pulau Madura menyebabkan sangat lumrah dijumpai laki-laki yang selalu berpergian membawa senjata (nyengkep). Apalagi mereka yang dianggap sebagai jagoan di desanya. Bila berpergian tanpa senjata tajam, seakan-akan ada sesuatu yang kurang dalam tubuh mereka. Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa senjata tajam yang selalu dibawa kemanapun mereka pergi dianggap sebagai kancana sholawat (teman sholawat). Bagi pemeluk Muslim memang dianjurkan untuk membaca sholawat setiap kesempatan, tidak terkecuali jika hendak berpergian. Karenanya bila setiap saat terjadi carok maka seseorang sudah siap siaga. Namun sekarang sikap ksatria yang sering didengung-dengungkan dalam carok, kini sudah bergesar.

Para pelaku carok lebih suka nyelep daripada ngonggai. Mereka menjadi semakin membabi-buta dalam menghabisi lawan-lawan atau musuh-musuhnya tanpa mempedulikan apakah lawan-lawannya dalam keadaan siap atau tidak. Secara kultural kenyataan ini justru merupakan sisi hitam dari kebudayaan Madura. Sebab Madura yang memiliki nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan kehidupan penuh harmoni sebagaimana tercermin dalam ungkapan: rampa' naong, baringen korong (suasana teduh penuh kedamaian layaknya berada di bawah pohon beringin yang rindang).

Jadi, carok itu bisa terjadi kepada siapa saja. Artinya, meski carok itu bukanlah tradisi atau menganut garis turunan, tapi kalau menyangkut harga diri, martabat keluarga yang dilecehkan, maka carok bisa jadi cara terbaik untuk menyelesaikannya. Masyarakat Madura mempunyai pandangan ''Pelaku carok bermaksud menghilangkan aib akibat pola tingkah laku seseorang yang mungkin dianggap mencemarkan martabat harga diri keluarga dan pribadi."


dikutip dari www.kacong-jebbing.com

Madura yang patuh?

Madura yang patuh? (buppa’ babu’ guru rato)

Jum`at, 23 Mei 2008 00:53:13
(Kajian Antropologi mengenai budaya Madura)
(Friday, 20 May 2005)
Oleh: Dr. A. Latief Wiyata (CERIC Univ. Jember - Antropolog Budaya Madura)

Semua orang Madura pasti tahu tentang adanya ungkapan buppa’ babu’ guru rato. Tapi apakah semua orang Madurapaham akan makna yang terkandung di dalamnya? Saya yakin, jawabannya tidak. Menurut pengamatan saya selamaini, paling-paling yang mereka pahami tentang makna ungkapan itu adalah kepatuhan orang Madura secara hierarhikalpada figur-figur utama. Orang Madura pertama-tama harus patuh dan taat pada kedua orangtua(nya), kemudian pada guru (ulama), dan terakhir pada rato (pemimpin formal atau biasa disebut birokrasi). Artinya, dalam kehidupan social budaya orang Madura terdapat standard referensi kepatuhan terhadap figur-figur utama secara hierarhikal yang sudah seharusnya dilaksanakan.

Sebagai aturan normatif yang mengikat setiap orang Madura maka pelanggaran atau paling tidak – melalaikan aturan itu – akan mendapatkan sanksi sosial sekaligus kultural. Tentu saja, pemaknaan sebatas itu tidak sepenuhnya salah. Oleh karenanya, perlu adanya perenungan kembali yang lebih mendalam. Tulisan ini mencoba mengungkapkan hasil renungan saya tentang hal itu. Jika makna ungkapan tadi hanya sebatas kepatuhan orang Madura pada figur-figur tertentu secara hierarhikal maka implikasi praksisnya menuntut orang Madura harus patuh, patuh, dan sekali lagi, patuh! Tidak ada pilihan lain. Tidak ada kesempatan dan ruang sekecil apapun agar orang Madura dipatuhi. Jika begitu, artinya sepanjang hidupnya orang Madura harus patuh, patuh, dan sekali lagi, patuh! Patuh pada siapa? Kepatuhan pada kedua orangtua kandung memang sudah jelas dan tegas. Tapi untuk patuh pada figur yang kedua apalagi yang ketiga harus ada jawaban yang juga jelas dan tegas. Siapa mereka? Apakah figur guru itu harus orang Madura atau dari etnis lain? Begitu pun tentang kepatuhan pada figur rato. Siapakah dia? Orang Madurakah? Atau orang dari etnik lain?

Bagaimana implementasi sosiokulturalnya bagi kehidupan orang Madura? Itulah pertanyaan-pertanyaan penting yang harus dijawab secara jelas dantegas. Kepatuhan pada kedua orangtua sudah sangat jelas dan tegas bahkan tidak dapat ditawar-tawar, apalagi digugatgugat. Durhakalah jika seorang anak sama sekali tidak patuh pada kedua orangtua kandungnya.
Bahkan saya yakin, dimasyarakat dan kebudayaan manapun, kepatuhan seorang anak pada kedua orangtua kandungnya adalah mutlak. Mungkin yang berbeda hanya dalam hal cara bagaimana dan dalam bentuk apa seorang anak memanifestasikan kepatuhannya selama menjalani jalur kehidupannya di dunia yang fana ini. Kemutlakan ini sama sekali tidak terkendala atau dalam arti ditopang sepenuhnya oleh aspek genealogis. Artinya, jika pada saat ini seorang anak patuh pada kedua orangtua kandungnya maka ada saatnya pula anak itu harus menjadi figur yang harus dipatuhi anak kandungnya ketika yang bersangkutan telah menikah dan mempunyai anak pula kelak. Jadi ada semacam siklus yang berkesinambungan.

dikutip dari www.kacong-jebbing.com

Senin, 10 November 2008

Latihan Bersama Siswa Putih PSHT tahap pertama Cabang Bangkalan

Bangkalan latihan bersama sabuk putih yang diadakan pada hari sabtu malam tanggal 8 Nopember 2008 di gedung manunggal kodim 0829 bangkalan. Latihan ini diikuti oleh 56 siswa sabuk putih PSHT yang terdiri dari beberapa ranting diantaranya. Ranting Kota Bangkalan, Ranting Tanjung Bumi, Ranting Kokop, Ranting Arosbaya, Ranting Kwanyar, Ranting Kamal, dan Komisariat Universitas Trunojoyo. Dan juga dihadiri oleh Beberapa warga PSHT. Materi yang di berikan yaitu materi Senam Dasar, Jurus Dasar, senam dan jurus Toya, Krippen (belati, pitingan, cekikan, salaman, dekapan, jamba’an), Teknik Tarung (sabung), dan Ke-SH-an (kerohanian). Latihan dilanjutkan hingga minggu pagi dengan lari pagi bersama keliling kota Bangkalan. Dengan diadakannya latihan bersama ini bertujuan untuk untuk menyamakan materi di setiap ranting, dan juga mempererat tali persaudaraan antar ranting se cabang bangkalan./ydh

Minggu, 06 April 2008

RADAR MADURA
Minggu, 06 Apr 2008

Enam Pesilat Tembus Final

BANGKALAN-Babak penyisihan Sirkuit Pencak Silat Piala Gubernur 2008 Grup IV berlansung makin seru dan menegangkan. Sejak Jumat malam hingga kemarin pagi digelar partai-partai hidup mati untuk menentukan pesilat yang akan melaju ke partai final.Dalam laga yang dipusatkan di Gedung Olahraga Sultan Abdul Kadirun (GOR SAKA) Bangkalan tersebut, akhirnya kontingen IPSI Bangkalan berhasil menempatkan enam pesilatnya di partai final. Dua pesilat juga berhasil menembus partai semifinal. Sedangkan dari sembilan atlet yang dikirim, seorang pesilat Bangkalan atas nama Fauzi Abdillah harus angkat koper lebih awal. Itu karena pesilat berpenampilan kalem ini mengalami kekalahan dua kali beruntun atas pesilat asal Kabupaten Mojokerto dan Kota Pasuruan.Namun, kekecewaan atas kegagalan Fauzi Abdillah yang turun di kelas D-putra mampu terobati dengan penampilan dinamis beberapa rekannya kemarin. Abdullah Zainal Muttaqin yang turun di kelas A-putra berhasil tampil perkasa menaklukkan Joko Santoso asal Kabupaten Magetan dengan skor 5-0Dilanjutkan keberhasilan pesilat andalan tuan rumah yang turun di kelas C-putra atas nama Asyari Rysa yang juga menang mutlak 5-0 atas pesilat asal Madiun. Pada partai ini, pesilat yang sering mewakili Bangkalan di even regional itu ketinggalan di babak satu dan dua. Namun di babak ke-tiga Asyari mampu menjatuhkan musuhnya dan terus menuai angka untuk meraih kemenangan.Selain kedua pesilat tersebut, IPSI Bangkalan juga berhasil menempatkan empat pesilat lainnya di partai final. Mereka adalah Catur Mulyo Wibowo di kelas A-putra, Rusmiadi di kelas G-putra, Nuroh di kelas A-putri, dan Fitriatus Sholiha yang akan bertanding di kelas C-putri. Serta dua pesilat lagi masih harus bertarung di partai semifinal di kelas E-putra dan F-putra.Dijumpai di sela-sela pertandingan, Manajer Kontingen Bangkalan Deddy Suswanto optimistis target tiga medali emas akan terpenuhi. Itu setelah dia melihat peta kekuatan lawannya. Namun, dia berharap masyarakat Bangkalan berbondong-bondong datang dan memberikan dukungan pada partai final."Mohon doanya, kita usahakan tiga medali emas di tangan Bangkalan, yakni kelas A, B, dan C putra. Sedangkan partai final lainnya masih fifty-fifty," ujar Dedy.Sedangkan Sekretaris Pelaksana Pengda Jatim Boyke Santoso berharap suasana kondusif selama tiga hari terakhir akan berlanjut hingga partai final hari ini. "Sampai saat ini Bangkalan berhasil menjadi tuan rumah yang baik. Suporter, tim keamanan, tim kesehatan dan perangkat lainnya benar-benar profesional" ujarnya. (*/mat)
dikutip dari RADAR MADURA Minggu, 06 Apr 2008

Jumat, 21 Maret 2008


1. BERSIKAP SEPERTI KATAK DALAM TEMPURUNG
(MERASA TIDAK PERLU BELAJAR DAN BERLATIH)



“Warga kok latihan?”, ini pemikiran yang mengherankan. Gelanggang pertandingan 10x10 meter itu memiliki peraturan sendiri. Di sana pesilat yang lemah secara fisik dan teknik dan tidak punya strategi: akan kalah. Gelanggang tidak akan memperdulikan anda dari perguruan apa, pengesahan tahun berapa, lebih senior atau yunior, dsb. Gelanggang adalah hanya memberikan kemenangan pada mereka yang mau berusaha keras (dengan berlatih).
Hambatan terbesar untuk berlatih sebenarnya datang dari diri sendiri. Seringkali “ego seorang warga” menghalangi dirinya untuk belajar dan berlatih. Kita telajur merasa puas dengan “predikat warga” sehingga merasa tidak perlu belajar pada orang lain dan menutup wawasan.
Dan kita telanjur merasakan enaknya malas-malasan tidak berlatih. Dunia persilatan ini luas, jangan terkurung dalam tempurung “warga”. Jangan sampai kualitas fisik dan mentalmu saat siswa justru menurun saat jadi warga.

Hal diatas adalah pikiran pengecut (loser) karena artinya kita tidak berani berkembang menjadi lebih baik. Latihan aja takut, gimana bisa menang? Apalagi juara?




2. KURANG MEMILIKI MENTAL JUARA

OK, anda sudah bersikap penuh tanggung jawab sebagai atlit dengan berlatih teratur. Tetapi nggak cukup hanya berlatih saja. Mental juga harus dilatih! Seringkali kita berlatih hanya sekedar menggerakkan tangan dan kaki tanpa melibatkan mental (otak) kita. Kalau begitu sama saja dengan robot dong. Dalam pertandingan robot itu hanya akan mengeluarkan tendangan A saja, C saja, (macam begini biasanya gampang dikalahkan), atau lebih parah lagi, kalau software-nya sudah macet duluan. Jadi, software (otak) yang kita miliki juga harus dilibatkan dalam latihan.


Cara terbaik mendapatkan mental juara adalah membiasakannya sejak dalam latihan. Mengapa? Karena botol yang berisi air akan mengeluarkan air, botol yang berisi sirup akan mengeluarkan sirup. Bila latihan adalah botol, maka botol yang berisi “saripati juara” akan mengeluarkan “juara”. Saripati juara adalah mental juara.
Apakah mental juara itu? Yaitu meliputi sifat-sifat berikut ini:


1. motivasi tinggi (high-motivated)
motivasi tinggi datang dari: 1) keinginan kuat ingin menjadi juara; 2)keinginan menjadi lebih baik, dan; 3) keberadaan pesaing-pesaing/rival yang harus dikalahkan.
Cara terbaik untuk memperolehnya adalah: menetapkan target juara yang ingin kau capai. Kalau kau setia pada target itu, kau akan betah berlatih seberat apapun latihannya.


2. fokus atau konsentrasi (focus)
mampu memilah pikiran, memusatkan pikiran dan menghilangkan pikiran yang tak perlu. Saat tiba di tempat latihan, yang kau pikirkan hanyalah: berlatih. Masalah kuliah, pacar, dll singkirkan dulu.

Kunci untuk fokus adalah: Mengahayati suasana. Menikmati, meskipun latihan itu berat, tegang, rame, sepi, cuaca buruk dsb. Atau “sadar sepenuhnya pada saat ini aku sedang melakukan apa”. Kalau kau bisa merasakan semua itu, artinya sudah mulai fokus.

Untuk membantu agar fokus dalam berlatih, tetapkan target sebelum berangkat berlatih. Misalnya “hari ini aku ingin melatih tendangan kiri 100 kali”,”hari ini aku ingin belajar sirkel”, “hari ini sprint 100m harus masuk 10 detik”, dll.


3. percaya diri (self-confident)
yakin pada kemampuanmu sendiri! Jangan pernah berpikir “tidak bisa” atau “sulit”. Gantinya pikirkan “saat ini memang belum bisa, tapi besok aku pasti bisa!”.
Bersyukurlah bila pelatih selalu memberimu porsi latihan yang berat, karena sebenarnya hal itu menimbulkan rasa percaya diri. Saat kau bisa bertahan, setelah latihan selesai kau bisa mengatakan pada diri sendiri: “wah, ternyata aku kuat, ternyata aku bisa!”, dan saat pertandingan kau akan berpikir:”Aku tidak takut, aku kan sudah latihan, latihannya berat lagi,.. so what gitu loh?!”.


4. kuat bertahan di bawah tekanan (ability under pressure)
Intinya adalah: tidak gentar oleh apapun dan pantang menyerah. Latihan dapat berjalan keras namun bila kau bisa mempertahankan pikiranmu tetap jernih (fokus), kau juga akan tetap tenang dalam bertanding. Kau dapat melihat setiap peluang untuk mengambil poin dan tidak gampang down. Dan semua usaha lawan untuk menekanmu, dari dalam atau luar gelanggang, tidak akan mempan.

Jangan menuruti pikiranmu yang menyuruhmu untuk menyerah. Tantang batas-batas dalam dirimu sendiri, buktikan kau bisa berkembang lebih baik, miliki harga diri yang kuat, buktikan kau itu tangguh, kau pantang menyerah. Never give up!


5. mampu bangkit dari kesalahan dan kegagalan (reboundability)

tidak terpaku pada kesalahan dan kegagalan. Misalnya kau berbuat kesalahan melakukan suatu teknik, atau kecolongan poin terus saat latihan sparring, atau gerakanmu salah saat berlatih jurus: jangan pikirkan. Tetap fokus, tetap berusaha, jangan biarkan emosi menguasai.

Demikian juga kalau kau pernah mengalami kekalahan. Jangan tenggelam dalam kekalahan itu, bangkitlah dan berlatih lagi lebih keras! Perjuangan yang sebenarnya adalah saat kita berusaha bangkit dari kegagalan.

3. TIDAK MEMAHAMI PERATURAN PERTANDINGAN
Atlit yang tidak memahami peraturan pertandingan biasanya:1)bodoh dalam strategi; 2)mudah dikelabui; 3)tidak tahu kenapa ia kalah (or ia tidak bisa menganalisa permainannya sendiri).
Sekuat apapun fisik dan teknik kalau tidak punya strategi untuk menang, percuma saja. Kita tidak mesti bermain ngotot untuk menang, tidak mesti mengeluarkan semua teknik bila bisa menang mudah, dan tidak mesti bermain seru untuk memuaskan penonton. Yang penting menang, tapi menang dengan sportif, titik.

How? Dengan memahami peraturan pertandingan secara mendalam, kita dapat bermain lebih taktis dan cerdas. Ofisial/pelatihmu tidak kesulitan mengarahkan strategi karena kamu sudah ngerti aturannya. Mungkin penonton kecewa karena pertandingan jadi nggak seru, mungkin lawan jengkel karena merasa diperdaya. Orang lain nggak bisa protes karena menurut peraturan kamu menang. Tetap menang sportif, kan? Pencak silat bukan hanya fisik-teknik, tapi juga “permainan otak” tingkat tinggi. Ingat-ingat!

Dalam pencak silat, strategi adalah kombinasi 4 hal: Fisik, teknik, mental, dan peraturan pertandingan. Milikilah buku peraturan, pahami secara mendalam Jangan hanya memahami yang kelihatan saja, tapi pahami sampai ke level wasit juri. Kalau kau bisa memahami pola pikir wasit juri, kau bisa membuat wasit juri memenangkan dirimu.




4. BERPIKIR YANG TIDAK-TIDAK SEBELUM BERTANDING

Yang harus kita takuti diri kita sendiri. Lawan terberat adalah diri kita sendiri, termasuk pikiran kita sendiri! Ingat hal ini: pikiran mempengaruhi tubuh. Artinya, bila kau bisa mengendalikan pikiranmu, kau bisa mengendalikan kondisi tubuhmu sepenuhnya. Kalau kau berpikir kau kuat, tubuhmu akan kuat; kalau kau berpikir akan kalah, tubuhmu juga patuh.

Kita tidak boleh berpikir yang tidak-tidak sebelum bertanding, apalagi mengatakannya. Karena itulah para pelatih sering mengingatkan agar menjaga diri, jangan terlalu banyak bicara/guyon selama mengikuti kejuaraan. Dan mereka menyuruh banyak berdoa dan tirakat. Maksudnya berdoa juga supaya jelas tujuan dan keinginan kita bertanding untuk apa (“Ya Tuhan, berilah keselamatan dan kesuksesan agar saya jadi juara…”); dan torakat juga artinya kita harus membersihkan diri dari pikiran-pikiran yang tidak-tidak.

Menang kalah Tuhan yang menentukan, tapi kau bisa mengatur apakah kau mau bermain layaknya seorang pemenang atau pecundang. Pertama-tama,.. kendalikan pikiranmu dulu.
Waspadalah! Waspadalah!... pada pikiranmu sendiri.






5. MEMBATASI DIRI SENDIRI

Setelah berlatih sekian lama baik secara fisik dan mental, kemudian fokus, berdoa, menjaga pikiran saat kejuaraan…akhirnya tetap ada yang menang dan ada yang kalah. Ada yang juara ada yang tidak jadi juara. Apapun hasilnya, syukurilah. Tapi…tidak selesai begitu saja.

Kalau engkau jadi juara, berarti kau berada di atas. Artinya banyak orang yang melihatmu dan ingin mengalahkanmu. Memang sih namamu jadi melambung, tapi standar kemampuanmu juga harus naik. Mau tidak mau kau tidak bisa santai, kau tetap harus berlatih bahkan lebih keras dan lagi karena pesaingmu semakin banyak dan semu orang menganggapmu “tinggi”. Mempertahankan lebih sulit daripada meraih, itu benar.

Dan kalau engkau juara, kau harus mengingat segala kesenangan itu. Saat tanganmu diangkat oleh wasit di babak final, saat semuanya memberi selamat padamu, saat lehermu dikalungi medali dan namamu disebutkan sebagai juara, nikmatilah semua itu. Senang kan rasanya? Jelas dong. Padahal ini baru kejuaraan tingkat cabang. Bayangkan, jadi juara di tingkat daerah Se-Jawa Timur rasanya lebih bangga lagi. Apalagi juara di tingkat Nasional, internasional, … wah jauh lebih senang pol! Jadi jangan puas kalau cuma sekali-dua kali jadi juara. Jangan membatasi diri sendiri, jangan cepat puas. Karena kalau kau cepat puas kau sama dengan “warga yang terkurung dalam tempurung juara” (baca nomor 1 diatas).

Kau bisa mempertahankan bahkan menaikkan gelarmu, kau bisa berkembang lebih baik lagi! Tentu saja kau harus berlatih lebih baik lagi untuk mencapainya.
Itu kalau juara, bagaimana kalau kau kalah? Kau juga tidak boleh menyerah. Segeralah bangkit, analisa dan koreksi diri mengapa kamu kalah. Hal ini akan menjadi bekal yang memperkaya pengalamanmu. Ingatlah kalau tidak ada juara yang langsung menang dari awal, rata-rata mereka mengalami kekalahan berkali-kali dahulu, tetapi tetap bangkit, berlatih, dan dengan bekal pengalaman itu (termasuk pengalaman kalah di masa lalu), mereka akhirnya menang. Jangan berhenti karena kalah beberapa kali, jadikan cambuk untuk berkembang lebih baik lagi.
Kalau kau berhenti, mutung atau kapok karena kalah, artinya kita membatasi diri dengan rasa putus asa. Artinya kita tidak punya cukup nyali dan usaha untuk terus berusaha menjadi atlit yang lebih baik… dan manusia yang lebih baik. Bukankah yang dinilai adalah usahanya, bukan hasilnya?


dikontribusi oleh: Kurniati Rahayuni, S.Psi


dikutip : shteratemlg.multiply.com

Kamis, 20 Maret 2008

Medali Untuk Bangkalan

Asyari Risa
(sebelah kiri) peraihmedali Perak Kategori Laga kelas C Putra



Atlit Pencak silat Bangkalan menyumbangkan medali.
1 Medali emas, 5 medali perak, 1 medali perunggu.

Emas diraih dikategori TGR Ganda Putri dari Poras Jokotole
Perak diraih dikategori Laga dari kelas C Putra dari PSHT, kelas A Putri dari PSN Perisai Putih, dan kategori TGR Beregu Putri, Tunggal Putri, Tunggal Putra dari Poras jokotole.
Perunggu diraih dikategori TGR Beregu Putra

Tim Pencak Silat Bangkalan


Inilah foto tim Bangkalan saat mengikuti Pekan Olahraga Propinsi (PORPROP) I JATIM Cabor pencak silat di GOR KODIKAL surabaya

Atlit-atlit Pencak Silat Bangkalan


Tgl 1 November 2007 diadakan Pekan Olahraga Propinsi (PORPROP) I JATIM di surabaya..
Bangkalan mengirimkan atlit pencak silat sebanyak 14 atlit..
diantaranya 9 atlit kategori laga, 15 atlit kategori TGR
dari atlit PSHT sebanyak 3 orang diantaranya kelas C Putra, D Putra, dan C Putri
dari atlit Persinas ASAD sebanyak 3 orang diantaranya kelas A Putra, E Putra, dan F putra
dari atlit PSN Perisai Putih sebanyak 3 Orang diantaranya kelas A Putri, B Putri, dan kelas B Putra
dari Atlit kategori TGR dari Poras Jokotole..

Pendadaran di bukit Geger Bangkalan


PSHT sedang mengadakan pendadaran di Bukit Geger Bangkalan..
rute pendadaran dari kec.kwanyar sampai Bukit Geger kurang lebih lama perjalanan 36 km..
inilah foto warga PSHT bangkalan saat di bukit Geger bangkalan.